Badai Pasti Berlalu
Tatkala Bani Makhzum mengetahui keislaman keluarga
Yasir, segeralah mereka menyiksa keluarga ini. Diantara mereka adalah Sumayyah
(istri Yasir dan Ibnu Amar bin Yasir). Orang-orang kafir itu memaksa Sumayyah
keluar dari Islam, tetapi Sumayyah tetap teguh. Beliau dibawa ke padang pasir
saat pasir sangat panas dan menyengat. Diletakkan beliau diatasnya dan tubuhnya
ditaburi pasir. Di dadanya diletakkan sebongkah batu berat, tetapi tak
terdengar rintihan atau keluhan apapun selain kata, “Ahad… Ahad!” Beliau,
Sumayyah, mengulang-ngulang kata tersebut sebagaimana Amar dan Yasir.
Ketika Rasulullah menyaksikan keluarga muslim tersebut di tengah siksa nan kejam, beliau menengadah ke langit dan berseru, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah jannah.”
Mendengar seruan Rasulullah, Sumayyahpun berkata berulang-ulang, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu benar.”
Melihat keteguhan dan kesabaran Sumayyah, akhirnya orang kafir itu putus asa dan dengan marah Abu Jahal menusukkan sungkurnya hingga terbanglah nyawa Sumayyah yang agung, syahidah pertama Islam.
Inilah contoh kesabaran seorang mukmin ketika diuji oleh Allah. Keimananlah yang mampu membuat orang tangguh dan tidak mudah menyerah. Tentang hal ini Rasulullah bersabda,
“Mengagumkan seorang mukmin itu, karena sesungguhnya
semua urusannya menjadi baik baginya, dan hal itu tidak terdapat pada
seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapat suatu keberuntungan lalu
bersyukur, niscaya itu baik baginya. Jika ia ditimpa suatu kesulitan lalu
bersabar, itupun baik baginya.” (HR Muslim dan Sahabat Suhaib Ar Rumy)
Sabar adalah suatu sikap menerima. Sabar akan dapat menstabilkan kondisi hati yang sedang labil karena kesulitan. Dengan jiwa dan hati yang stabil akan membuka jalan lebih lebar menuju solusi. Agar sanggup bersabar, seorang muslim harus beriman pada qodar sehingga ia tahu bahwa apa yang menimpanya tidak akan luput darinya dan apa yang akan luput darinya, tentu tidak akan menimpanya. Sekalipun umat berkumpul mencelakakannya, mereka tidak akan sanggup. Dengan keyakinan ini akan membuat kita qana'ah dan ridlo dengan ketetapan Allah. Terhadap ujian yang diberikan Allah, kita tidak akan berkeluh kesah.
Kemudian kita adukan permasalahan kita dalam sujud panjang kita. Tangan kita tengadahkan sambil berurai air mata penuh harap akan pertolongan-Nya, sebagaimana Umar bin Khottob disaat bangun malam membaca, ” Sesungguhnya aku adukan keluh kesah dan kesedihanku kepada Allah.” (QS. Yusuf: 86). Dia sadar betul bahwa dirinya adalah makhluk yang lemah.
Firman Allah dalam QS Ar Rum 60,
“Maka bersabarlah engkau (Muhammad), sungguh, janji Allah itu adalah benar dan sekali-kali jangan sampai orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan engkau.”
“Maka bersabarlah engkau (Muhammad), sungguh, janji Allah itu adalah benar dan sekali-kali jangan sampai orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan engkau.”
Jadi, saudaraku, sobat muslim A'er, seandainya kesulitan apapun saat ini datang dan menghimpit kita, kita harus tetap sabar dan terus mencari jalan keluar serta memohon pada Al Qolam Allah SWT. Berhati-hatilah dari keputusasaan yang akan meenyeret kita mengambil jalan-jalan praktis dan pintas hingga menghancurkan keimanan. Yakinlah, sesungguhnya dibalik kesulitan yang kita hadapi pasti ada kemudahan. Di antara sekian banyak masalah, pasti ada jalan keluar. Maka seringlah memohon pertolongan Allah SWT.
~ Edisi 4 / April 2008 ~
0 comments: