TOP NEWS

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. " (QS. An Nahl : 125)

December 1, 2012

Kendalikan Pelajar dari Tawuran dengan Solusi Islam

Sobat A’er, sempat ngikutin berita tentang kematian Alawi Yusianto Putra, pelajar SMA 6 Bulungan Jaksel, akibat tawuran antara pelajar SMA 6 Bulungan dengan SMA 70 bikin heboh dunia nyata maupun maya? Hehhh, ngeri kan? Akibat dari tawuran pelajar, bukan hanya babak belur, luka-luka, pencemaran nama baik, tapi bisa saja sampai berakibat menutup mata yang terakhir in the world, death! Ini terjadi tepatnya tanggal 24 September 2012. Selain kematian Alawi, dua orang temannya juga terluka. Selang dua hari kemudian pada tanggal 26 september 2012, pelajar SMA Yayasan Karya 66, Deni Yanuar, meninggal dunia juga karena tawuran.(Vivanews.com, 28092012)
Saudaraku, ini hanya sekian kasus dari ratusan kasus yang terjadi pada tahun ini saja. On the record, berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sederet kasus perkelahian pelajar telah terjadi di Jabotabek sejak awal 2012. Berdasar data sampai 26 September 2012, tercatat 17 pelajar meninggal dunia. Sementara data dari Komnas Anak, dalam 6 bulan pertama di tahun 2012 sudah terjadi 139 kasus perkelahian pelajar di Jakarta. (Vivanews.com, 28092012)
OMG, bisa sampai sebanyak itu ya? Itu saja yang terdeteksi oleh media, belum lagi kasus serupa yang sengaja ditutupi untuk menjaga nama baik pelajar yang bersangkutan, sekolah, atau alasan-alasan lain. Sobat A’er, gimana nich, kok tawuran pelajar masih aja terjadi di dunia pendidikan kita? Apa belum ada tindakan dari pihak yang berwajib? Karena dipandang sebagai kenakalan remaja, pelaku tawuran sudah dinasehati agar mereka berdamai, peace!  But, ternyata itu belum mampu menghentikan tindakan kebablasan pelajar yang tawuran.  Parahnya, banyak dari peristiwa tawuran sampai memakan sorban eh korban gitu. Ada lagi, pemerintah sudah coba gonta-ganti kurikulum, salah satunya pendidikan berkarakter yang lagi in. Faktanya, solusi ini juga belum mampu menyelesaikan masalah tawuran pelajar. Seolah masalah ini nggak ada habis-habisnya, duh! Gimana solusi yang seharusnya? Let’s learn from pandangan dalam Islam terkait hal tersebut…

 Tawuran, indikasi kegagalan penerapan ide-ide sekulerisme

Sobat A’er, generasi yang bagaimanakah kita sekarang ini? Mengapa masih ada diantara kita yang terlibat tawuran pelajar, atau aktivitas kenakalan maupun menyimpang lainnya? Tak jauh-jauh, inilah dampak dari suntikan paham sekulerisme berupa pemisahan antara kehidupan dunia dan akhirat (agama) yang telah menjangkiti dunia pendidikan di negeri ini dan diterapkan secara turun-temurun. Kita bisa lihat, berapa kurikulum yang sudah dicoba untuk diterapkan di dunia pendidikan kita, sebut saja, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kurikulum berbasis Kompetensi ataupun Kurikulum berbasis Karakter, dll. Dari semua ini, pengaruhnya belum begitu signifikan terhadap hasil dari proses belajar mengajar. Apa yang terjadi, berupa tawuran pelajar merupakan salah satu fakta yang mengindikasikan kegagalan dalam dunia pendidikan yang mengusung ide-ide sekulerisme.  Penerapan dari ide-ide ini dapat dilihat dari betapa minimnya pendidikan agama bagi siswa ataupun mahasiswa. Berapa jam pelajaran agama didapat dalam setiap minggunya? Yupps, sekitar 2 jam per minggu bagi yang belajar di sekolah-sekolah umum, atau sekitar 2-3 sks bagi mahasiswa di universitas. Tentunya sedikit sekali jika dibandingkan dengan waktu untuk mengkaji ilmu-ilmu umum atau melakukan aktivitas lainnya.

Ingin lebih dalam lagi melihat bagaimana ide-ide sekuler ini diterapkan di dunia pendidikan? Tengok pada tujuan dari pendidikan yang ada. Pendidikan di negeri kita lebih diorientasikan pada dunia, sementara akhirat atau yang terkait dengan keagamaan cenderung diabaikan. Dengan ide ini, kesuksesan diukur dari memperoleh hal-hal yang bersifat keduniawian, worldly things! Seperti, pelajar dikatakan sukses jika nilainya tinggi, atau lulus cepat, tanpa peduli prosesnya seperti apa, mau lewat nyontek atau jalan pintas lainnya. Demikianlah, karena tidak seimbangnya bekal ilmu agamanya, aturan-aturan agama seakan dikesampingkan. Pelajar yang mencontek saat ujian tidak lagi merasa takut, karena berpikir penjaga ujian tidak melihatnya. Padahal, seandainya dia paham bahwa Allah senantiasa melihat segala aktivitasnya, tentu dia tidak akan melakukan kecurangan bagaimanapun bentuknya.  Begitu juga dalam peristiwa tawuran pelajar, karena agama hanya dikaji sebatas pengetahuan, bukan sebagai pedoman dan patokan dalam bertingkah laku, siswa terjebak dalam fanatisme jahiliyah yang sempit karena gagal mengelola gharizatu baqo’nya (ego) sehingga membela kepentingan kelompok (sekolah, gank, dsb) secara membabi buta tanpa peduli standar haq dan batil.

Dimanakah kita, wahai generasi muslim?

Sobat A’er, sadar atau tidak, selama ini kita telah jauh dari agama kita yang mulia, Islam. Islam bahkan terasa asing di kalangan generasi muda saat ini. Pemuda-pemuda yang serius mendalami agamanya, akan dikatakan sok alim atau terimbas berbagai isu miring yang menyudutkan mereka, hingga mereka enggan untuk mengkaji Islam. Sobat A’er tentunya kenal dengan yang namanya Unit Kegiatan Kerohanian Islam Siswa (Rohis) di sekolah atau Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI) di kampus dapat menjadi wadah untuk meningkatkan tsaqofah Islam dan membentuk komunitas untuk saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, sebagaimana perintah Allah dalam QS. Al ‘Asr. Namun, peminat Rohis atau UKMKI sangat terbatas, bahkan ketika organisasi keislaman diminati pelajar, justru dituduh dengan isu asal “ladang persemaian teroris muda”. Padahal sobat, kehadiran oraganisasi-organisasi keislaman di sekolah atau di kampus tersebut sebagai tempat untuk memperoleh tambahan ilmu islam yang saat ini masih sedikit yang kita peroleh dari bangku sekolah maupun kuliah. Justru organisasi keislaman seperti itulah yang diharapkan dapat menjadi obat penawar untuk meminimalisir tawuran pelajar atau semacamnya.

Sobat A’er, kita sebagai generasi muslim, sudah semestinya tidak menjauh dari Islam, agama yang dipilihkan Allah untuk kita. Jika kita bisa mengkaji Islam lebih dalam betapa akan kita lihat kesempurnaan Islam mengatur kehidupan kita. Dalam Islam diatur bagaimana setiap tindakan kita agar tidak mencelakakan diri sendiri maupun orang lain. Pelajar yang mengerti benar tentang Islam, tentu tidak akan melibatkan dirinya dalam tawuran pelajar karena bisa berakibat fatal, seperti menghilangkan nyawa seseorang. Dalam perspektif Islam, pelaku tawuran antar pelajar yang sudah baligh dianggap melakukan tindak kriminal, apabila dalam tawuran tersebut mengakibatkan korban terluka atau meninggal, maka berlaku hukum jinayat bagi yang melukai korban tawuran, dan hukum qishos bagi pelajar yang membunuh pelajar lain, sebagaiman firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah : 178.  Consequently, pelajar SMA ataukah SMP sekalipun (yang sudah baligh), tidak bisa dikategorikan anak-anak yang hanya perlu dinasehati atau dibina ketika mereka melakukan kesalahan. Ketika muslim sudah baligh (termasuk pelajar), dia bertanggungjawab penuh atas perbuatan yang dia perbuat, ketika melakukan kesalahan/kriminalitas maka dia harus dihukum sebagi konsekuensi kesalahannya. So, tawuran pelajar nggak bisa donk hanya dianggap sebagai kenakalan remaja. Ada konsekuensi dibalik itu, terutama yang sudah baligh. Nah lho…  Pelajar muslim tentu akan berhati-hati dalam tindakannya, tidak termakan emosi atau provokasi yang dapat menyesatkannya dari jalan Allah.

Untuk itu sobat, kita butuh membentengi diri kita dengan ilmu agama agar tidak mudah jatuh dalam kemaksiatan kepada Allah yang akan merugikan diri kita didunia, terlebih di akhirat. Apalagi kita adalah generasi pilihan yang membawa kebenaran dari Allah. Mampukah kita mengikuti jejak-jejak mereka yang berhasil mengukir sejarah dengan perstasi yang mengagumkan di atas kebenaran yang hakiki. Coba kita lihat bagaimana sosok Umar bin Khattab, Abu Bhakar ash Shidiq, Ali bin Abu Thalib, ataupun tokoh al Khawarizmi (penemu angka nol), Ibnu Sina (Ahli Kedokteran), dan lain-lainnya. Awesome! Mereka adalah buah dari keberhasilan pendidikan dalam Islam. Kemurnian ajaran Islam yang bersumber dari Allah mampu melahirkan generasi-generasi yang kokoh pribadinya, melebihi tangguhnya karang dilautan. Keilmuannya nggak tanggung-tanggung, menguasai berbagai bidang ilmu. Mereka nggak disibukkan oleh kegalau-an hatinya karena urusan duniawi, karena hatinya senantiasa dekat dengan Allah. Mereka menjadikan muara dari setiap aktivitasnya adalah keridha’an Allah swt. Subhanallah…

Saatnya lakukan perubahan…

Sobat A’er, untuk mencetak generasi yang tangguh yang mumpuni keilmuan dan keahliaannya serta paham terhadap agamanya, idealnya, kita membutuhkan pendidikan sebagaimana pendidikan dalam Islam. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk generasi yang berkepribadian Islam yang tangguh dan membekali anak didik dengan ilmu serta ketrampilan yang bermanfaat sebagai bekal hidupnya. Semua ini akan terwujud ketika aturan-aturan Islam diterapkan secara menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan sehingga Islam mampu menjadi rahmatan lil alamin.  Untuk menuju itu, face the glory of Islam, saat ini, kita dapat mengupayakan perubahan itu dengan melakukan perubahan pada diri kita. Tanamkan pada diri kita bahwa kita sebagai generasi muda muslim bukanlah generasi yang hidup dengan emosi yang menggebu-gebu tanpa adanya kontrol, kendali dari agama. Tentu, pelajar muslim tidak akan melibatkan dirinya dalam bentrok, perkelahian, atau tawuran pelajar yang bisa berakibat fatal. Ke-muda-an-nya bukan diwujudkan dengan aktivitas sembrono tanpa tuntunan agama.  Sibukkan diri kita dengan aktivitas yang akan mendatangkan keridha-an Allah, serius dalam belajar ilmu dunia dan akhirat (agama) untuk meraih kesuksesan kita di dunia dan akhirat.

Saudaraku, jika dikatakan masa muda adalah kesempatan terbaik dalam hidup untuk mengoptimalkan segenap potensi, maka menempatkan diri kita sebagai pemuda yang beriman dan bertakwa, adalah pilihan terbaik dalam fase kehidupan kita saat ini! Saatnya ikuti jejak generasi pendahulu kita yang menjadi orang-orang mulia di sisi Allah karena menjalani hari-harinya dibawah kontrol keimanannya kepada Allah dan dengan semangatnya yang luar biasa karena sumber semangatnya adalah dari Allah! Let’s start from now, raih kesuksesan dunia dan akhirat melalui kedekatan kita dengan Allah! Wallahu’alam bish shawab. 

~EDISI 10/OKTOBER 2012~

0 comments:

Powered by Blogger.