KETELADANAN SEJATI DARI IBRAHIM AS.
Sobat, marilah dengan ketulusan hati
kita memahami kepasrahan Nabiyullah yang dengan siap dan sigap menjalankan
perintah Allah. Yupz, dialah seorang Nabi & Rasul yang namanya diabadikan
oleh Allah dalam firmannya: “ Kami
abadikan untuk Ibrahim itu di kalangan orang-orang yang datang kemudian.” ( QS. As Shaffat : 108 )
Setelah masa penantian yang lama, diusianya yang tua,
Allah telah menganugerahkan seorang putra yang sangat dicintainya. Kemudian ia
bermimpi diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih buah hatinya, Ismail as..
Betapa pilihan tersebut sangat sulit baginya, karena ia sangat mencintai putra
yang didambakannya. Namun, disisi lain kecintaannya terhadap anaknya tidak
melalaikannya dalam melaksanakan perintah Allah. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
melaksanakan perintah Allah dengan penuh keikhlasan dan kesabaran diiringi
harapan agar mendapatkan kebaikan dan ridha dari Allah SWT.
Sobat, ada beberapa hal yang perlu
kita pahami dari peristiwa tersebut:
- Bersegera dalam beramal kebaikan. Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah bentuk dari kesigapan seorang hamba untuk melaksanakan perintah dari Sang Khalik. ( Al Ijabah Al Qawwiyah ). Dengan respon yang begitu cepat dan tanggap, beliau Sami’na wa atha’na (mendengar dan taat). Ketika mendengar perintah dari Allah, hatinya mau menerima dan berniat melaksanakannya dengan keikhlasan. Coba kita introspeksi diri, terkadang kita masih sering mengulur waktu untuk melaksanakan shalat, atau kewajiban-kewajiban lain yang Allah perintahkan.
- Kesungguhan dalam beramal. Kesungguhan dan kesabaran Nabi Ismail dalam menerima perintah Allah membuat dia merasa tenang dan tidak berat hati dalam melaksanakan perintah-Nya. Terkadang dalam diri kita, rasa malas dan enggan melaksanakan perintah Allah karena kita kurang bersungguh-sungguh, kurang bersabar dan cenderung berputus asa saat melaksanakan perintah Allah. Allah berfirman dalam Q.S Az Zumar: 53 “ Katakanlah: Hai hamba-hamba - Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah .”
- Pengorbanan seorang hamba equivalen dengan kecintaannya. Semakin dia mencintai sesuatu, maka semakin besar pula pengorbanannya untuk hal yang ia cintai. Ingatlah sobat, rasa iman kepada Allah akan menumbuhkan rasa cinta kepada-Nya melebihi cinta terhadap segala sesuatu. Dan jikalau kita sudah cinta kepada Allah pasti kita akan rela berkorban untuk melaksanakan perintah Allah, walau terkadang berat bagi kita. Jikalau kita sudah dikaruniai keimanan oleh Allah, maka dalam hati kita akan selalu senang terhadap apa yang dicintai oleh Allah dan juga merasa selalu benci terhadap yang dibenci oleh Allah. “Allah menjadikanmu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci terhadap kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang yang mengikuti jalan yang lurus.”(Q.S Hujuraat: 7)
Semoga kita bisa mengambil ibrah dalam peristiwa mulia ini, dan sudahkah kita memberikan
pengorbanan sebagai bentuk cinta kita kepada Allah? Dari keimanan dan amal
perbuatan kitalah akan menjadi cerminan, sejauh mana kecintaan kita kepada
Allah dan rasul-Nya. Let’s ask ourselves,
kalau benar-benar cinta Allah, mana buktinya?!
0 comments: