HABIB BIN ZAID, Lambang Cinta dan Pengorbanan
Habib
bib Zaid adalah seorang muslim dari angkatan lama, yang megangkat baiat
kepada rasulullah dan keimanannya yang telah mendarah daging. Semenjak
hijrahnya Nabi ke Madinah, beliau selalu berada disampingnya tak pernah
ketinggalan dalam suatu peperangan dan tidak pula melalaikan
kewajibannya.
Pada suatu ketika,
diselatan jazirah arab muncullah pembohog besar yang mengaku sebagai
nabi, dialah Musailamatul Kaddzab, Musailamuah si pembohong besar. Tidak
disangka, datang seorang utusan yang dikirim oleh Musailamah untuk
membawa sepucuk surat kepada Rasulullah yang berisi agar Rasulullah mau
memberikan separuh wilayah berikut rakyatnya kepada dirinya. Tidak hanya
sampai disitu saja, penipu besar ini masih menyebarkan kebohongan dan
kepalsuannya, sementara hasutan dan penganiayaan terhadap orang-orang
yang beriman kian bertambah. Dan Rasulullah hendak mengirim surat kepada
Musailamah agar dia menghentikan penyelewengan-penyelewengannya. Dan
sebagai pembawa surat kepada Musailamah, Rasulullah menjatuhkan pilihan
kepada Habib bin Zaid. Maka berangkatlah habib melangkahkan kakinya
dengan cepat dan berbesar hati menerima tugas yang dipercayakan
kepadanya oleh Rasulullah SAW.
Akhirnya sampailah Habib ketempat Musailamah, lalu Musailamah membaca surat Rasulullah dan marah. Apa yang terjadi yaitu Musailamah si pembohong besar itu menyiksa dan menganiaya Habib. Pengikut-pengikut Musailamah dikumpulkan untuk menyaksikan Habib yang disiksa dan dipaksa beriman kepada Musailamah. Kata Musailamah kepada Habib, “ Apakah kamu mengakui Muhammmad itu utusan Allah ?” Kata Habib, “Benar , saya mengakui bahwa Muhammad itu utusan Allah”. Wajah Musailamah merah padam karena marah. Lalu Musailamah berkata, “ Dan apakah kamu mengakui aku sebagai utusan Allah ?”, Habib berkata : “ tak pernah aku mendengar tentang itu…….” Kata Habib. Musailamah marah besar, lalu dipanggilnya algojonya yang kemudian segera datang dan menusuk tubuh Habib dengan ujung pedangnya. Kemudian dilanjutkannya dengan menyayat dan membagi-bagikan tubuh habib tersebut kepada para pengikutnya. Sementara pahlawan besar itu tiada berdaya dan yang dapat dilakukannya hanyalah bergumam mengulang-ulang senandung sucinya” Lailahaillah, Muhammaddurr Rasulullah………”
Sobat
muslim, seandainya saat itu Habib berpura-pura mengikuti Musailamah
tentu tidak akan berkurang keimanan dalam dirinya. Namun, Habib adalah
seorang tokoh yang menyaksikan langsung Baiat Aqabah dan sejak itu
beliau begitu teguh memikul tanggung jawab dari keimanannya. Peristiwa
diatas menunjukkan kesabaran, kerelaan berkorban, serta teguhnya
keimanan.
Iman yang kuat terpatri
dalam diri seorang muslim akan mampu menumbuhkan jiwa berkorban dan
loyalitas terhadap Islam. Iman seperti inilah yang saat ini diharapkan
tumbuh dalam diri generasi muslim, sehingga ngga' mudah ditipu oleh
orang-orang kafir Barat dan menjadi pejuang dan pelindung-pelindung
islam agar cahaya Dien ini tidak padam.
~ Edisi 2/ Februari 2008 ~
0 comments: