TOP NEWS

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. " (QS. An Nahl : 125)

October 24, 2012

What's Up with VD?

Memasuki bulan Februari, biasanya atmosfer sekitar kita mendadak berubah suasana menjadi serba pink. What's up? Yes, VD (Valentine days) is coming! Perayaan momen ni seolah menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Lihat saja beberapa tempat hiburan, mulai dari restoran, café, sampai pusat perbelanjaan, marak menyuguhkan berbagai atraksi dengan segala pernak-pernik “kasih sayang” valentine. Berbagai media massa (TV, radio, majalah remaja) terutama di kota-kota besar, getol pula mengadakan acara yang berkaitan dengan valentine. Mulai dari sekedar berbagi kartu ucapan, bunga “kasih sayang”, pemilihan model couple valentine, sampai pada pelaksanaan pesta candle light dinner, yang dikemas sangat romantis. Seolah perayaan tersebut dinilai sah-sah saja, untuk sebuah momen yang diistimewakan.

Sobat muslim, karakter remaja yang doyan having fun saat VD ini malah dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis untuk menjerat remaja muslim dalam gaya hidup hedonis demi meraih keuntungan yang bombastis (kasian banget ya klo sampe' kita jadi lahan para kapitalis). Trend perayaan valentine day bukan sekedar perayaan yang dilakukan oleh remaja barat, akan tetapi perayaan tersebut telah menjadi suatu tradisi bagi remaja saat ini, termasuk remaja muslim didalamnya. Ironisnya, remaja muslim mengikuti budaya tersebut dengan penuh suka cita, tanpa berfikir apa makna dibalik perayaan valentine, bagaimana sejarahnya, apa pandangan Islam terhadap perayaan tersebut, serta bagaimana kita harus menyikapinya sebagai seorang muslim.

Lanjutin terus bacanya, and then sobat muslim akan menemukan jawabannya, OK!

Legenda seputar VD
Hari valentine 14 Februari, adalah hari dimana para kekasih atau mereka yang sedang jatuh cinta layak menyatakan cintanya. Hari valentine selalu dioasosiasikan dengan percintaan romantis, sejak akhir abad pertengahan. Menurut kalender Athena kuno, Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan untuk pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.

Banyak sekali versi sejarah valentine. Diantaranya, ada yang mengaitkan Februari dan cinta dengan kesuburan. Dalam sejarah di Roma kuno, tanggal 15 Februari dirayakan sebagai hari Lupercalia, Dewa Kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Dalam ritual penyucian tersebut, para pendeta Lupercus mempersembahkan kambing pada Sang Dewa, kemudian setelah meminum anggur, mereka akan berlari-lari di jalanan Roma sambil membawa potongan kulit domba, dan menyentuh siapapun yang mereka jumpai, terutama para wanita muda. Sementara para wanita berbondong-bondong dan maju secara suka rela dengan anggapan akan dikaruniai kesuburan dan mudah melahirkan.

Ada pula yang menghubungkan hari valentine, pada seorang yang bernama Valentinus. Menurut Ensiklopedi Katolik tahun 1908, nama Valentinus merujuk pada 3 orang yang berbeda, (1) seorang pastur di Roma, (2) seorang uskup di Interamna (modern Terni), (3) seorang martir di provensi Romawi Africa.

Hubungan ketiga martir/santo (orang suci) ini dengan hari raya romantis, tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I (tahun 496), menyatakan bahwa tidak ada yang mengetahui secara pasti ketiga martir tersebut. Paus Gelasius I sengaja menetapkan 14 Februari, sebagai hari peringatan Santo Valentinus, hanya untuk mengungguli hari raya Lupercalia.

Dilihat dari asal muasal sejarahnya saja, perayaan valentine tidak ada hubungannya sama sekali dengan Islam. Beragamnya latar belakang sejarah valentine, sesungguhnya tidak cukup dijadikan alasan, untuk mengaitkan 14 Februari dengan kasih sayang. Anehnya, justru perayaan ini semakin tumbuh subur di seluruh dunia, tidak terkecuali negeri-negeri kaum muslimin! Padahal, tanpa disadari perayaan ini telah dihapus dari kalender gereja sejak 1969, sebagai upaya untuk menghilangkan keyakinan terhadap santa-santa yang asal muasalnya tidak jelas.

Hati-hati tertipu…

Abad ini, kita menyaksikan kaum muslimin mengalami kemerosotan di berbagai bidang, sedangkan dunia Barat mengalami kemajuan. Kemerosotan paling parah yang dialami kaum muslimin, terletak pada dangkalnya pemahaman Islam yang mereka miliki. Akibatnya, mereka seringkali salah dalam menentukan boleh-tidaknya perbuatan yang akan mereka lakukan.

Misalnya, pacaran dianggap sebagai hal yang wajar dan boleh, hanya karena hampir semua remaja muslim (dan nonmuslim) melakukannya. Mengenakan pakaian tank-top bagi kaum hawa di tempat umum dan dihadapan nonmahram, adalah sah-sah saja, dengan alasan keren, sedang trend di Paris, dan berderet alasan lainnya, yang intinya mendukung dan membolehkan perbuatan tersebut. Sama halnya, dengan perayaan valentine ini. Remaja muslim menganggap, perbuatan mereka bukan suatu kesalahan atau “dosa”, hanya karena remaja muslim di berbagai penjuru dunia merayakannya.

Dari berbagai contoh tersebut, kita bisa melihat bahwa standar/dasar penentu perbuatan mereka bukan dari Islam (hukum syara'), melainkan berdasarkan keumuman masyarakat melakukannya. Dengan kata lain, remaja muslim saat ini cenderung mengekor kebudayaan yang bukan berasal dari Islam.

Padahal, Rasul telah menegaskan larangan meniru, dalam sabdanya;
“Tidak termasuk golonganku, orang-orang yang menyerupai selain golonganku” (HR. Tirmidzi).

Dalam sabda yang lain, beliau kembali menegaskan;
“Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongannya” (HR. Abu Daud dan Imam Ahmad, dari Ibnu Umar)

Dilihat dari fakta sejarahnya, tidak diragukan lagi bahwa budaya perayaan valentine, lahir dari budaya/ajaran umat Kristiani. Sebab, tidak ada satu versi sejarah manapun yang membantah budaya valentine berasal dari Kristen. So, Untuk apa lagi kita ikut-ikutan ngerayain, bisa-bisa kita bakal termasuk golongan orang-orang kafir yang menjadikan VD sebagai salah satu hari besar agamanya.

Sungguh mengherankan, jika umat Islam masih ngotot ngerayain VD, dengan alasan turut merayakan hari kasih sayang, atawa memanfaatkan moment untuk tunjukkan kasih sayang. Padahal, Kristen sendiri yang melahirkan budaya tersebut telah menghapuskan perayaan ini dari kalender gereja, dengan alasan sejarah yang tidak jelas. Sungguh ironis sekali, jika umat Islam yang notebene hanya “pengikut”, justru menjadi vigor yang paling bersemangat merayakan valentine. Benar-benar kaum muslimin telah tertipu oleh ulah kaum Thaghut (penyembah selain Allah).

Sobat muslim, VD sebagai symbol ekspresi cinta telah menyeret para aktivisnya keliru memahami cinta. Mereka dengan gaya hidup permissif selalu memandang baik apa yang diinginkan hawa nafsunya dan menjadikannya sebagai jalan hidup. Ini sama halnya dengan menyekutukan Allah SWT dengan menuhankan hawa nafsu.

Sempurnakan cinta dan amal kita
Sudah saatnya bagi kita yang masih menyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, untuk menjadikan Allah dan rasul-Nya saja sebagai trend setter pola hidup kita. Allah berfirman,
“Apa yang diperintahkan kepadamu maka terimalah/ laksanakanlah, dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr:7)

Lagipula, semua amal perbuatan yang kita lakukan di dunia pasti akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak, di yaumil akhir. Tentunya, kita tidak ingin dong, saat kita mempertanggungjawabkan amal-amal kita dihadapan Allah, tidak ada yang diterima satu pun, hanya karena amal tersebut bukan berasal dari Allah dan Rasul-Nya.

“Siapa saja yang melakukan suatu perbuatan, yang tidak ada perintah Kami atasnya, maka perbuatan itu tertolak.” (HR. Muslim)
Jadi, mari kita hentikan budaya mengekor ummat lain. Sebaliknya, mari kita ciptakan budaya mengikuti semua perintah Allah dan Rasul-Nya. Lagian, sobat muslim, buat tunjukin kasih sayang gak harus saat VD lho! Kapan aja bisa, yang penting ekspresinya sesuai ajara Islam alias gak bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Makanya biar mantep ekspresi cintanya dengan benar, kuatkan diri kita dengan ikut pembinaan dan pengkajian Islam dengan intensif, jangan setengah-setengah, OK! Klo umat Islam pinter dengan ilmu Islam, gak bakalan dech gampang ditipu oleh orang-orang Barat.

~ Edisi 2/Februari 2008 ~ 

0 comments:

Powered by Blogger.